Kerajaan Kuntala
merupakan
kerajaan yang belum dapat diidentifikasi lokasi keberadaannya. Mayoritas
sejarawan berpendapat, Kuntala terdapat
di pantai timur Sumatera di sekitar Jambi sekarang. Kerajaan ini muncul pada abad ke-5 - 6
Masehi, dimana hal ini merujuk dari sumber Cina, yang menyatakan bahwa Kuntala telah berkali-kali
mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 Masehi. Pada abad ke-7 kerajaan ini
menghilang, mungkin dikarenakan munculnya dua kerajaan lain di pantai timur
Sumatera yakni; Melayu
(Jambi) dan Sriwijaya
(Palembang).
Kerajaan Kuntala diperkirakan berdiri sejak abad ke 5
Masehi. Terbentuknya kerajaan ini oleh ahli – ahli sejarah dinyatakan sebagai
akibat pendangkalan yang terjadi di Teluk Wen.
Sementara itu Negeri Ko-ying sebagai penguasa Teluk Wen terpaksa memindahkan pelabuhan dagang dari
Teluk Wen ke daerah pantai timur sekitar Kuala Tungkal.
Dalam perkembangannya, Negeri Ko-ying melepaskan
daerah pantai timur, hal itu mendorong terbentuknya pemerintahan baru yang
disebut Kerajaan Kantoli. Prof. Slamet Mulyana dalam buku yang berjudul ”Runtuhnya
Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara – Negara Islam di Nusantara” (LKIS
Yogyakarta,2005) menyatakan bahwa di muara sungai Tembesi ada sebuah kerajaan
bernama Kuntala yang mengirim utusannya ke negeri Cins di tahun 455,502,519,
dan 563.
Prof. Slamet Mulyana berkesimpulan toponim Kan-to-li
sama dengan Kuntala atau Tungkal dan keberadaannya terdapat di pedalaman sungai
Tungkal antara Jambi dengan Palembang. Dalam Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt
ke dalam bahasa Inggris bahwa kerajaan Kantoli atau Kuntala telah mengirim
utusannya yang pertama ke Cina pada tahun 454-464. Raja yang mengirim utusan
itu bernama Sri Varanarendra sedangkan utusannya bernama Rudra berasal dari
India. Pada tahun 502 kerajaan Kantol dipimpin oleh Gautama Subhadra ia adalah
putera dari Pyravarman Vinylavarman yang mengirim utusan ke Cina tahun 519. Di bidang
perekonomian kerajaan Kantoli sangat bergantung pada ekspor hasil hutan karena
letaknya berada di pulau Sumatera dan memiliki hasil hutan yang melimpah ruah
serta sangat laku di pasaran.
No comments:
Post a Comment